Selasa, 09 Juli 2013

"Human Relations"


A.       Konsep Dasar Human Relations
Ciri hakiki HR bukan human dalam bentuk wujud manusia melainkan dalam makna proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku dan berbagai aspek kejiwaan lainnya yang terdapat pada diri manusia. Karena itu HR dapat diartikan sebagai hubungan manusiawi, atau hubungan insani.
Onong – HR adalah suatu sifat hubungan, dimana orang berkomunikasi tdk seperti orang yang berkomunikasi biasa, bukan hanya merupakan penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain, tetapi hubungan antar orang-orang yang berkomunikasi itu mengandung unsur-unsur kejiwaan yang sangat mendalam. Human relations adalah hubungan manusiawi, dimana ada keterlibatan emosi dan kita sama-sama mengerti dan pahami apa yang kita sampaikan, dengan adanya unsur persuasif.
Jadi, Human relations adalah hubungan antar manusia yang lebih dari sekedar hubungan manusia, melainkan hubungan manusiawi yang tidak hanya mementingkan aspek komunikasi, tetapi juga aspek psikologis dan kepuasan.

B.       Ruang Lingkup Human Relations
Pemahaman Umum
Komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam segala kehidupan sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati
Pemahaman Khusus
Komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja dan dalam organisasi dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan kerja dengan semangat kerjasama yang produktif dengan perasaan bakhagia dan puas.

C.        Ciri Hakiki Human Relations
1.      Proses rohaniah yang tertuju pada kebahagiaan berdasarkan watak sifat, perangai, kepribadian, sikap dan tingkah laku menuju suatu kepuasan hati.
2.     Aspek kejiwaan yang terdapat pada manusia.
D.       Prinsip Dalam Human Relations
1.     Pentingnya individu
2.    Saling menerima
3.    Kepentingan bersama
4.    Komunikasi terbuka
5.    Partisipasi pegawai
6.    Identitas setempat
7.    Keputusan setempat, memberi wewenang kepada orang-orang untuk memecahkan sendiri problem yang tibul ditengah-tengah mereka.
8.    Ukuran moral yang tinggi, pemahaman akan komunikan

E.        Falsafah Human Realtions
Menurut Keith Daris, yaitu :
1.     Kepentingan Bersama, Adanya timbal balik dalam mencapai tujuan yang direncanakan, adanya kesamaan tujuan.
2.    Perbedaan-perbedaan individu, perbedaan sifat-sifat rohaniahnya yang membentuk jiwa dan tingkah laku. Perbedaan latar belakang pendidikan dan pengalaman
3.    Harga diri, mengenal karakter indidvidu yang memperhatikan moral/etika agar tercapai komunikasi yang harmonis, saling menghargai satu sama lain.

F.        Konsep Diri
Titik sentral HR adalah manusian dengat tabiat yang dimilikinya. Ada dua faktor yang menentukan sifat tabiat manusia, yaitu : Faktor Heredity (Bawaan), Faktor Lingkungan.
Sifat bawaan dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup, bisa berkembang atau tertahan tapi tdk mematikan.
Dalam perjalanan hidup, seseorang mengalami aktivitas psikis, fungsi psikis, rasa, intuisi dan pengindraan. Diantara 4 fungsi psikis tersebut yang pokok adalah pikiran dan perasaan, yang lainnya sebagai pembantu.
Berdasarkan fungsi psikis, ahli jiwa membedakan manusia menurut arah penilaian/perhatian. Jika perhatian pertama ditujuhkan keluar, dinamakan tipe ekstrover. Seseorang dengan tipe itu lebih mementingkan lingkungan daripada dirinya sendiri, orang semacam ini umumnya berhati terbuka, gembira, ramah, lancar dalam pergaulan dan memancarkan sikap yang hangat. Sedangkan introver adalah golongan yang perhatiannya terutama diarahkan kedalam dirinya sendiri. Orang yang bertipe seperti ini biasanya pendiam, egois, suka merenung, senang mengasingkan diri, dan kurang bisa bergaul. Golongan ketiga adalah ambiver yaitu dimana ia menggabungkan kedua tipe tersebut, menyesuaikan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang dihadapinya.

G.       Konsep Kesadaran Diri
·    Konsep diri           : Bagaimana memandang diri sendiri – berdasarkan karakteristik, sikap pribadi (menilai diri sendiri), berdasarkan sifat sosial, berdasarkan peran sosial.
·    Self esteemt        : Berpengaruh pada perilaku. Jika self esteemt kita tinggi kita cenderung merasa kompeten, sehingga berperilaku secara lebih percaya diri. Orang yang self esteemtnya lebih tinggi, ia akan lebih mandiri, tegas, percaya diri dan tak mudah aipersuasif. Sebaliknya, orang yang esteemtnya rendah tidak demikian.
·    Multyph selver    :  Peran kita dalam hubungan sosial yang berbeda-beda dengan berbagai orang yang berbeda.

H.       Proses Perkembangan Kesadaran Diri
1.     Reflextive self, Adalah, apabila kita memandang cermin dan kita tidak hanya melihat diri kita, tetapi melihat diri kita yang dipantulkan oleh cermin yang sedang memandang kita. Jadi, kesadaran diri dikatakan reflextive self jika bersifat dua arah. (dalam satu waktu dia memiliki 2 peran, sebagai komunikan dan komunikator).
2.    Sosial self, Individu memperoleh konsep diri melalui interaksi dengan orang lain atau menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita dalam interkasi, reaksi orang lain merupakan informasi mengenai diri kita dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut untuk menyimpulkan, mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita.
3.    Becoming self, Konsep diri tidak pernah dalam kondisi tetap, melainkan selalu dalam keadaan berubah/berkembang. Pengertian becoming self ini sekaligus menunjukkan bahwa perubahan konsep diri tidak terjadi secara mendadak/drastis, melainkan secara gradual melalui aktivitas sehari-hari.

I.          Persepsi Terhadap Orang Lain
1.      Implicit personality Theory
Mengasumsikan orang sebagai psikolog amatir yang menggunakan perangkat psikologis untuk mempersepsi orang lain karena pengalaman interaksi dimasa lalu yang telah mengenal berbagai ciri psikologis/kepribadian yang berbeda dari berbagai orang yang berbeda. Maka ketika kita berinteraksi dengan orang lain dan mengamati perilakunya kita dapat megurangi ketidakpastian mengenal diri orang tadi dengan mengevaluasi sesuatu dengan ciri-ciri psikologis yang telah kita kenal dengan menggunakan Implicit Personality Theory, berarti berusaha memahami individu tertentu dengan menempatkan ciri-ciri individu tersebut kedalam suatu kerangka pemahaman.
Intinya adalah “kita mempelajari orang lain berdasarkan pengalaman masa lalu”
2.       Proses Atribusi
Proses intra pribadi yang menempatkan penyebab/pengendali atas suatu peristiwa kepada seseorang atau sesuatu, proses persepsi ini menempatkan Locus Of Control kepada seseorang atau kepada konteks (situasional) sebagai suatu bentuk proteksi kita biasanya memandang diri kita. Sendiri bdalam pengertian situasional yaitu kita cenderung menimpahkan/mengarahkan perilaku kita yang tidak disukai kepada situasi bukan pada diri sendiri. Yaitu kita cenderung mempersepsikan orang lain dalam pengertian dispositional.
“Jika terjadi sesuatu pada orang lain dia cenderung menempatkan disproteksi sebagai bentuk kesalahan/diri sendiri. 
3.       Response Sets
Mengandung lompatan penyimpulan dari perilaku orang lain kepada perilaku kita ketika menanggapinya. Menyadari bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan cukup informasi untuk mengenal orang lain secara utuh. Maka kita menggunakan response sets  untuk melakukan penyimpulan. Pada proses ini kesalahan mungkin saja terjadi (langsung mengklaim orang lain).
·      Hallo effect, kita meratakan perilaku orang lain dalam situasi tertentu kepada situasi lain yang sama sekali kita belum ketahui.
·      Leniency effect (kemurahan hati), Adalah responsse sets dimana kita membiarkan hubungan kita dengan seseorang mempengaruhi persepsi kita terhadap orang tersebut. Kita cenderung untuk mengidealkan teman kita dan sangat toleran dalam menilainya. Karena itu kita tidak mengerti kenapa banyak orang tidak suka pada teman kita yang kita anggap nyaris sempurna, begitupun sebaliknya.

J.         Perilaku Terhadap Orang Lain
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita berharap dapat mempengaruhi persepsi orang lain terhadap diri kita. Kita inginkan orang memiliki penilaian yang baik mengenai diri kita memiliki kesan bahwa kita konsisten dengan tujuan kita berkomunikasi. Ada 4 konsep yang dapat mengarahkan orang lain untuk memiliki kesan positif, yaitu :
1.        Inpression Management
Memandang komunikasi antar pribadi sebagai sebuah drama atau sandiwara, ketika kita mengarahkan kesan orang lain kita menghadirkan diri kita dalam dua bentuk perilaku, yaitu depan dan belakang.
                      -   Depan mengacu pada bagian diri kita yang dapat diamati (diatas panggung).
                      -   Belakang mengacu pada perilaku di balik panggung yang kita lakukan. Sikap ini bisa dikatakan wajar karena yang depan merupakan situasi sosial sedangkan belakang merupakan situasi pribadi.
“Bagaimana kita bersikap untuk menimbulkan kesan”
2.       Retorical Sensitivity
Menjadi peka terhadap diri sendiri, peka terhadap situasi, dan terutama peka terhadap orang lain. Ada 5 karakteristik yang menandai orang yang memiliki rhetorical sensitivy.
                      -   Orang yang Rhetorical sensitivy dapat menerima kompeksitas pribadi, yaitu dapat memahami bahwa setiap individu merupakan kesatuan dari banyak diri (Multiple selves). Contohnya : saya memiliki peran sebagai guru, ketika saya berhadapan dengan adik saya dikelas, tentu berbeda manakala peran saya dirumah sebagai seorang kakak.
                      -   Orang yang Rhetorical Sensitivy menghindari sifat kaku atau keras dalam berkomunikasi dengan orang lain. Contohnya : ketika saya menolak maka menolaklah dengan lembut.
                      -   Orang yang RS akan mengimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain.
                      -   Orang yang Rhetorical Sensitivy sadar kapan harus mengkomunikasikan atau tidak mengkomunikasikan dalam situasi yg berbeda", melihat kondisi kapan kita harus berkomunikasi kapan kita tidak berkomunikasi.
                      -   Orang yang Rhetorical Sensitivy menyadari bahwa suatu pesan dapat dikemukakan melalui berbagai cara dan dia dapat menyesuaikan cara penyampaian pesan kepada partner komunikasi dalam situasi tertentu.
3.       Attributional Responsses
Kita menanggapi dengan cara yang secara jelas menunjukkan suatu makna tertentu terhadap perilaku orang lain, setiap tindak komunikasi dalam suatu percakapan dapat menyertakan suatu ekspresi atau pernyataan atribut melalui penilaian terhadap makna perilaku orang lain. Atribut dapat diterapkan sebaga strategi percakapan. 
4.      Konfirmasi Antar Pribadi
Merupakan tanggapan atau reaksi atas perilaku orang lain. Dalam menanggapinya kita memilki 3 alternatif, yaitu KONFIRMASI (kita menerima identifikasi diri orang lain seperti yang ditampilkan dihadapan kita) , MENOLAK (kita mengakui keberadaan orang tersebut namun menyangkal defenisi diri yang dia tampilkan), atau DISKONFIRMASI (lebih jauh dari sekedar penolakan, kita mendiskonfirmasi penampilan orang lain kita sepenuhnya mengabaikan pesan orang lain dan menanggapinya tidak pernah diucapkan).

K.       Motivasi Dalam Human Relations
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)  Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motif itu adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebiut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu.
Motivasi ketika dihubungan dengan praktek human relations mengarah pada 2 hal yaitu pertama, bagaimana memotivasikan, dan yang kedua bagaimana hingga termotivasikan. Hal yang pertama lebih kepada komunikator sebgai subjek pemberi pesan, dalam hal ini kita berbicara cara dan pilihan-pilihan apa yang bisa memotivasi komunikan. Sedangkan yang kedua, kita lebih berbicara pada tataran teoritis terjadinya motivasi dalam diri manusia.
kunci segala aktivitas human relations adalah motivasi, dimana kita semua telah mengetahui bahwa human relations merupakan komunikasi persuasif yang selalu mengajak komunikan ke jalan yang lebih baik dari sebelumnya. Nah, dalam proses pengajakan inilah motivasi mengambil perannya untuk bagaimana ia mampu membujuk, memberikan semangat untuk bangkit dari keterpurukan pikiran, hati dan tindakan.
Konsep dasar motivasi human relations adalah bahwa manajer harus dapat menumbuhkan perasaan para pegawai bahwa mereka memang sangat dibutuhkan oleh suatu kelompok atau organisasi, mereka harus diyakinkan bahwa mereka merupakan orang-orang penting. Seorang yang tidak dapat diterima dalam suatu kelompok akan merasa asing, orang tersebut tidak akan dapat menumbuhkan kerjasama, dan tidak adanya kerjasama akan mengakibatkan tujuan tidak dapat dicapai. Sebaliknya orang yang bisa diterima oleh suatu kelompok akan berusaha menunjukkan bahwa mereka adalah memang benar-benar penting, sehingga akan berusaha bekerja dengan penuh inisiatif untuk memajukan organisasinya.

L.        Persepsi Interpersonal Dalam Human Relations
bermacam-macam objek persepsi. Objek persepsi interpersonal adalah manusia. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, atau persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor lainnya yang memengaruhi persepsi, yakni perhatian.
Persepi interpersonal didefinisikan sebagai "memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal"[1] Persepsi Interpersonal didefinisikan sebagai "memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal". Dan orang lain pun hidup dalam persepsi kita.
Kecermatan persepsi interpersonal bukan hanya berpengaruh pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Kualitas komunikasi interpersonal kita akan lebih didukung dengan kecermatan persepsi. Pada bagian ini kita justru tidak membahas tentang proses persepsi itu sendiri malainkan faktor-faktor personal yang mempengaruhi kecermatan persepsi.

M.     Human Relations Dan Persuasif
Persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Pada umumnya sikap-sikap individu/ kelompok yang hendak dipengaruhi ini terdiri dari tiga komponen:
·      Kognitif,  perilaku dimana individu mencapai tingkat "tahu" pada objek yang diperkenalkan.
·      Afektif,  perilaku dimana individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak suka pada objek.
·      Konatif, perilaku yang sudah sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu (perbuatan) terhadap objek.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi kita menjadi persuasif atau bisa mempengaruhi orang lain :
1.      Komunikator.
Komunikator atau sumber adalah orang-orang yang akan mengkomunikasikan suatu pesan kepada orang lain. Agar komunikasi yang dilakukan oleh komunikator menjadi persuasif, maka komunikator harus mempunyai kredibilitas yang tinggi. Yang dimaksud dengan kredibel disini adalah komunikator yang mempunyai pengetahuan, terutama tentang apa yang disampaikannya.
2.    Pesan
Pesan adalah hal-hal yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima, yang bertujuan agar komunikan melakukan hal-hal yang disampaikan dalam pesan tersebut. Sama halnya dengan sumber atau komunikator, pesan juga sangat berpengaruh terhadap persuasif tidaknya komunikasi yang kita lakukan. Dalam mengembangkan pesan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Di antaranya, lugas. Artinya, pesan tidak bertele-tele dan dilakukan pengulangan kata-kata tertentu yang dianggap perlu. Konsisten, artinya semua pesan harus terkait dengan tema yang akan disampaikan dan saling mendukung antara satu pesan dengan pesan lainnya. Nada dan daya tarik, ini berkaitan dengan style komunikator tadi. Ketika komunikator menyampaikan pesan sedih, tentu disesuaikan dengan nada suaranya dan lain sebagainya. Bertanggungjawab, dalam hal ini sumber pesan yang dapat dipercaya akan berpengaruh pada diterima atau tidaknya pesan yang disampaikan.
3.    Saluran
Saluran adalah media atau sarana yang digunakan supaya pesan dapat disampaikan oleh sumber kepada si penerima. Supaya komunikasi bisa persuasif, maka media atau saluran yang digunakan harus tepat. Saluran atau media harus mempertimbangkan karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, maupun tingkat pendidikan, dan lain-lain. Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan yang sesuai. Kalau dihubungkan dengan social mapping, maka pemetaan budaya sangat berarti disini.
4.    Penerima
Penerima adalah orang-orang yang menerima pesan dari komunikator, yang biasa disebut dengan komunikan. Dalam berkomunikasi, khalayak sasaran/komunikan juga perlu menjadi perhatian. Bagaimana karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, maupun tingkat pendidikan, dan lain-lain, sangat dibutuhkan dalam memformulasikan pesan yang akan disampaikan. Ketika kita berkomunikasi dengan masyarakat kelas bawah, maka bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, jangan sampai kita menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh masyarakat, seperti transparansi, akuntabilitas, fleksibel, dan sebagainya.

Teknik-Teknik Human Relations dan Persuasif
·      Teknik Human Relations
Dalam derajat intensitas yang tinggi, hubungan manusiawi dilakukan untuk menyembuhkan orang yang menderita frustasi. Frustasi timbul pada diri seseorang akibat suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan olehnya. Dalam kehidupan sehari-hari siapa pun akan menjumpai masalah: ada yang mudah dipecahkan, ada yang sukar. Akan tetapi masalah yang bagaimanapun akan diusahakan supaya hilang. Orang tidak akan membiarkan dirinya digumuli masalah. Dan masalah orang yang satu tidak sama dengan masalah orang lain. Sakit, tidak lulus ujian, lamaran pekerjaan tidak diterima, mobil rusak, istri menyeleweng, anak morfinis, tidak mampu menyelesaikan tugas, permohonan tidak diterima, dan lain-lain itu semua bisa menyebabkan seseorang frustasi.Orang yang menderita frustasi dapat dilihat dari tingkah lakunya: ada yang merenung murung, lunglai tak berdaya, putus asa, mengasingkan diri, mencari dalih untuk menutupi kemampuannya, mencari kompensasi, berfantasi, atau bertingkah laku kekanak-kanakan. Yang lebih parah bagi seseorang ialah apabila frustasinya disertai agresi sehingga tingkah lakunya menjadi agresif. Ia mengambinghitamkan orang lain, menyebarkan fitnah, merusak benda, bahkan menyerang orang, baik dengan kata-kata yang menyakitkan maupun dengan tinju.Apabila frustasi itu diderita oleh karyawan, apalagi jika jumlahnya banyak ini akan mengganggu jalannya organisasi akan menjadi rintangan bagi tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi. Tidaklah bijaksana jika seorang pemimpin menangani pegawai yang frustasi dengan tindakan kekerasan. Di sinilah pentingnya peranan hubungan manusiawi. Dia harus membawa penderita dari problem situation kepada problem solving behaviour.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi ada cara untuk teknik yang bisa digunakan untuk membantu mereka yang menderita frustasi yakni apa yang disebut counseling (karena tidak ada perkataan bahasa Indonesia yang tepat, dapat di-Indonesia-kan menjadi konseling). Yang bertindak sebagai konselor (counselor) bisa pemimpin organisasi, kepala humas, atau kepala-kepala lainnya (kepala bagian, seksi, dan lain-lain).Tujuan konseling ialah membantu konseli (counselee), yakni karyawan yang menghadapi masalah atau yang menderita frustasi, untuk memecahkan masalahnya sendiri atau mengusahakan terciptanya suasana yang menimbulkan keberanian untuk memecahkan masalahnya. Ini tidak berarti bahwa konselor memberikan arah yang khusus untuk dituruti oleh konseli. Konselor hanya memberikan nasihat. Konseli sendiri yang harus mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan jalan yang dipilihnya sendiri. Jadi konselor membantu konseli memperoleh pengertian tentang masalahnya. Selama masalahnya belum dimengerti dengan jelas untuk dihadapinya dengan jujur, tidak akan dapat diambil langkah-langkah pemecahannya. Aspek ini menyangkut perasaan. Konselor akan berhasil apabila ia memahami benar-benar frame of reference konseli: pengalamannya, taraf pengetahuannya, agamanya, pandangan hidupnya, dan sebagainya.
·      Teknik Persuasif
1.     Cognitif Dissonance (bertentangan). Teori ini melihat gejala-gejala hidup manusia. Sering manusia melakukan sesuatu brtentangan dengan keyakinan  atau hati nuraninya sendiri. Komunikan yang seperti itu akan lebih cepat menerima komunikasi persuasif  yang seolah-olah membenarkan perilakunya meskipun hati nuraninya sendiri tetap tidak dapat membenarkan.
2.    Pay of Idea and Fear Arousing. Pay of Idea yaitu usaha persuasif terhadap seseorang atau orang banyak dengan memberi hadiah atau reward atau harapan lebih banyak. Adapun Fear Arousing yaitu penyampaian pesan dengan menimbulkan rasa takut kepada khalayak.
3.    Empathy. Pembentukan pribadi khalayak, suatu sikap memproyeksikan diri pada orang lain. Proses empatinya bertahap yaitu:
v Membayangkan diri dalam kedudukan komunikan
v Membandingkan sikap komunikator dengan sikap komunikan seandainya ada dalam hal yang tadi.
v Mengambil kesimpulan dari sikap komunikan dan membandingkan dengan reaksi khalayak yang dibayangkan oleh komunikator seandainya dia didalam keadaan komunikan.
4.    Packing/ Icing Technique. Dalam komunikasi persuasif yang berarti suatu komunikasi yang dalam penyajiannya dibuat sedemikian rupa sehingga sangat menarik. Packing (membungkus) berarti dalam komunikasi persuasif juga didalam teknik membungkus pesan sedemikian rupa sehingga komunikan akan lebih tertarik.
5.    Red Herring. Nama ini diambil dari sejenis ikan yang mempunyai gerakan tipuan pada waktu berenang. Dalam komunikasi persuasif, red herring dipakai sebagai teknik mengelakkan argumentasi dari bagian-bagian yang lemah di alihkan pada bagian-bagian yang dikuasai oleh komunikator, dapat pula sebagai upaya untuk mengalihkan pesan komunikasi kepada suatu topik yang dikehendaki oleh komunikator.
6.    Teknik asosiasi. Komunikasi persuasif yang menggunakan teknik ini menyampaikan suatu gagasan dan jalan menempelkan atau menggabungkan dengan obyek yang sedang aktual dan menarik.

N.       Konseling Sebagai Teknik Human Relations
konseling adalah proses (sejumlah fenomena yang menunjukkan perubahan terus-menerus sepanjang waktu) yang melibatkan tindakan-tindakan beruntun dan berlangsung maju berkelanjutan kearah suatu tujuan. Sedangkan human relations adalah
Tujuan konseling dalam human relations dan problem solving secara umum adalah memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan dan pandangan-pandangan yang irasional dan ilogis menjadi rasional dan logis agar klien mengembangkan diri, meningkatkan aktualisasinya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan efektif yang positif. Sedangkan secara khusus tujuan konseling adalah self interest= social interest, self-direction, tolerance, acceptance of uncertainly, flexible, commitment, scientific thinking, risk thinking, dan self acceptance
Dalam hubungan manusiawi terdapat dua jenis konseling, bergantung pada pendekatan (approach) yang dilakukan. Kedua jenis konseling itu ialah directive counseling, yakni konseling yang langsung terarah, Directive counseling atau konseling langsung kadang-kadang disebut juga counselor centered approach, yakni konseling yang pendekatannya berpusat pada konselor. Dalam tehnik konseling seperti ini aktivitas utama terletak pada konselor. Pertama-tama konselor berusaha agar terjadi hubungan akrab sehingga konseli menaruh kepercayaan kepadanya. Selanjutnya ia mengajukan pertanyaan-pertanyan guna mengumpulkan informasi. Informasi yang diperolehnya itu berusaha memahami masalah yang memberatkan konseli.
Untuk mengetahui diagnosis yang tepat, konselor harus memahami fakta yang berhubungan dengan masalah tersebut. Jika konseli mengemukakan kesulitannya, konselor harus marasa pasti bahwa itu masalah yang dihadapi oleh konseli, yang menyebabkan ia menderita frustasi. Konselor harus benar-benar mengerti mengenai informasi yang di perolehnya sehingga ia dapat melakukan interprestasi. Hanya bila ia mengerti dan dapat melakukan interpretasi, ia akan dapat memberikakan nasihat dan sugesti kepada konseli. Syarat sugesti ialah kepercayaan. Konseli akan terkena sugesti kalau ia menaruh kepercayaan kepada konselor, kalau konselor mempunyai kelebihan pengalaman dan pengetahuan dari pada konseli, dan apa bila tingkah laku konselor tidak tercela.
non-directive counseling, yaitu konseling yang tidak langsung terarah. pendekatan yang berpusat pada konseli. Jenis ini dapat digunakan oleh konselor yang tidak memiliki pengetahuan mendalam tantang psikologi.
Dibanding dengan counselor centered approach conseling yang tradisional itu, counselee centered approach counseling lebih ampuh dalam membantu seseorang yang menderita frustasi. Dalam konseling jenis ini, aktivitas utama terletak pada konseli, sedangkan konselor hanya berusaha agar merasa mudah memimpin dirinya sendiri. Konseli dibantu untuk merasa dirinya bebas untuk menyatakan isi hatinya, dan sebagainya. Dalam mengemukakan semua itu ia tidak merasa terpaksa.
Meskipun dikatakan non-directive, maksud konselor tetap hendak membantu konseli untuk mendiagnosis gangguan jiwanya dan berusaha menghilangkan motiv-motiv buruk yang menyebabkan gangguan itu. Konselor berusaha agar konseli mencari jalan keluar sendiri dari kesukaran-kesukarannya.
 Untuk itu konselor menciptakan suasana psikologis yang memungkinkan adanya saling mengerti, antusiasme, dan sikap ramah-tamah, suasana yang memungkinkan konseli menyatakan segala pikiran dan perasaannya. Dalam dialog dari hati ke hati itu konselor mendorong konseli untuk menyelidiki dirinya lebih dalam. Dengan mencetuskan isi hatinya itu konseli akan mengoreksi dirinya, mengingat-ingat hal-hal yang pernah dialaminya, dalam memahami pengalaman-pengalamannya.
Dengan demikian motif-motif yang konstruktif akan lebih jelas baginya, dan ia merasakan kebutuhan akan motif-motif tersebut. Berdasarkan motif-motif itu  ia akan memilih dengan bebas secara bertingkah laku yang lebih baik, dan meninggalkan cara-cara bertingkah laku yang sebelumnya telah mengganggunya.
Dalam tanya jawab itu, tugas konselor memang tidak mudah. Ia harus menyingkirkan sikap super atau perasaan diri berpangkat tinggi, lebih pintar, lebih berpengalaman, dan sebagainya.
Masalah yang sedang diperbincangkan harus ditinjau dari dasar pihak konseli yang sedang dibantunya. Konselor harus bersikap empatik, yakni turut merasakan apa yang sedang di rasakan oleh konseli, ingin membebaskan dia dari ganjalan jiwanya. Hanya dengan bersikap demikikian pimpinan organisasi atau kepala humas yang serfungsi sebagai konselor itu akan berhasil dalam tugasnya.
Proses konseling sebagai teknik human relations dan problem solvingter cermin dalam tahapan-tahapan tertentu, yakni dengan langkah-langkah:


1.    analisis 
Langkah ini merupakan langkah pengumpulan data atau informasi tentang diri klien termasuk lingkungannya. Pengumpulan data yang akurat biasanya dilakukan dengan menggunakan berbagai metode atau teknik utamanya tes psikologis dan dari berbagai aspek kepribadian klien. Dengan kata lain, pengumpulan data dilakukan secara integrative dan komprehensif.
2.    sintesis
Pada langkah ini, yang dilakukan konselor adalah mensintesiskan data mana yang relevan dan berguna dan yang tidak, dengan keluhan atau gejala yang muncul. Dalam membuat sintesis, konselor memadukan, menyusun, dan merangkum data yang telah ada untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan diri individu klien.
3.    diagnosi
Pada langkah ini konselor menetapkan atau merumuskan kesimpulan tentang masalah klien serta latar belakang atau sebab-sebabnya. Secara rinci yang dilakukan konselor, adalah:
·      Melakukan identifikasi masalah secara deskriptif, misalnya: tergantung, kekurangan informasi, konflik internal atau konflik dalam diri sendiri, kecemasan dalam membuat pilihan, tidak ada masalah (Bordin).
·      Menemukan sebab-sebab. Dalam hal ini biasanya mencari hubungan antara masa lalu – masa kini – masa depan, karena dengan ini dapat diperoleh kejelasan. Dalama proses ini sering konselor menggunakan intuisinya yang kemudian dicek dengan logikanya.
4.    prognosis
Pada langkah ini konselor memprediksi tentang kemungkinan keberhasilan klien dari proses konseling, artinya memprediksi tentang hasil yang dapat dicapai oleh klien dari kegiatan-kegiatannya selama konseling, serta merumuskan bentuk bantuan yang sesuai.
5.     perlakuan (treatment)atau konseling
Langkah ini merupakan langkah usaha menerapkan metode sebab-akibat. Langkah ini merupakan inti dari pelaksanaan konseling. Usaha-usaha pada langkah ini, yakni:
·      Menciptakan atau meningkatkan hubungan baik antara konselor dengan klien
·      Menafsirkan data yang telah ada dan mengkomunikasikannya kepada klien
·      Memberikan saran atau ide kepada klien, atau merencanakan kegiatan yang dilakukan bersama klien
·      Membantu klien dalam melaksanakan rencana kegiatan
·      Jika perlu, menunjukkan kepada konselor atau ahli lain untuk memperoleh diagnosis atau koneling dalam masalah yang lain.

6.    tindak lanjut (follow-up)
Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan apakah usaha konseling dilakukan itu efektif atau tidak. Usaha-usaha koneling yang dapat dilakukan pada langkah ini, adalah berusaha mengetahui:
1.     Apakah klien telah melaksanakan rencana-rencana yang telah dirumuskan atau belum
2.    Bagaimana keberhasilan pelaksanaan rencana-rencana itu
3.    Perubahan-perubahan apa yang perlu dibuat jika ternyata belum atau tidak berhasil
4.    Melakukan rujukan (referral) jika perlu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar