Selasa, 09 Juli 2013

Human Relations dan Persuasif


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Seperti diketahui bahwa kegiatan human relations telah terjadi sejak manusia terdiri dari lebih dari satu orang. Hal ini juga berarti bahwa human relations merupakan suatu gejala sosial yang hampir setua dengan hidup bermasyarakat. Sasaran material dari human relations adalah manusia dalam kehidupan bermasyarakat, sedangkan sasaran formilnya mencakup ruang lingkup hubungan antar manusia. Di dalam konsep ilmu pengetahuan disiplin ilmiah human relations termasuk dalam lingkungan ilmu-ilmu sosial dan mengalami perkembangan di bidang sosiologi, ilmu jiwa sosial, ilmu politik, dan manajemen. Sebagai suatu disiplin ilmu maka human relations adalah suatu studi tentang hubungan antar manusia yang mencakup semua bentuk interaksi manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Davis dalam Effendy (1993:51), mengemukakan bahwa human relations adalah kegiatan dalam upaya memotivasi manusia untuk menumbuhkan kerja sama yang efektif, dan memberikan pemenuhan kebutuhan dan juga tujuan organisasi. Potensi aktualitas dan proses kreativitas manusia perlu digali, diarahkan dan dikembangkan di dalam wadah masyarakat dan juga organisasi.[1]

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Human Relations dan Persuasif?
2.      Apa saja prinsip-prinsip Human Relations dan Persuasif?
3.      Bagaimana teknik-teknik Human Relations dan Persuasif?



BAB II
PEMBAHASAN
1.    Human Relations dan Persuasif
*      Human Relations
Pada istilah hubungan antar manusia tidak terdapat titik berat yang meyakinkan, sedangkan titik berat pada human relations adalah humannya (manusianya). Jadi di sini faktor manusianya berupa sifatnya, wataknya, tingkah lakunya, pribadinya dan bukan hanya wujudnya saja. Human relations adalah masalah rohaniah, yaitu proses rohaniah yang menyangkut watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap dan tingkah laku menuju suatu kebahagiaan atau kepuasan hati. Proses ini berlangsung pada dua atau tiga orang yang terlibat dalam hubungan komunikatif, yaitu komunikasi antar persona. Mengenai human relations, Effendy (1993:50) memberi pengertian human relations dalam arti sempit yaitu :“Komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja (work situation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat kerjasama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati”. Secara luas human relations berarti komunikasi persuasif seseorang dengan orang ain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan sehingga menimbulkan kepuasan hati di kedua belah pihak.[2]
Adapun konsep dasar human relations adalah hakekat manusia itu sendiri. Sehubungan dengan  manusia, maka terdapat empat asumsi (anggapan dasar) yaitu :
  1. Perbedaan-perbedaan individual.
  2. Manusia seutuhnya.
  3. Motivasi.
  4. Martabat manusia (human dignity)
Di samping itu, motivasi merupakan bagian dari human relations untuk bagaimana meningkatkan sumber daya manusia yang ada dalam diri seseorang, sehingga seseorang yang diberi motivasi dapat bekerja lebih keras, berusaha mencari tingkat tanggung jawab, bekerja tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan, dan melakukan pekerjaannya dengan profesional. Kemudian ada dua faktor yang menentukan sifat tabiat manusia yakni pembawaan sejak lahir (heredity) dan lingkungan hidupnya (environment). Yang menjadi dasar dari sifat, watak tabiat manusia ialah sifat-sifat yang dimilikinya begitu ia dilahirkan, sifat mana adalah warisan dari orang tuanya dan nenek moyangnya. Sifat-sifat tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia hidup. Lingkungannya akan menentukan apakah sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir itu akan berkembang atau tertahan. Interaksi dengan orang-orang dalam lingkungannya akan berpengaruh kepada sifat-sifat yang sudah ada padanya. Yang diartikan pengaruh di sini ialah bahwa sifat-sifat yang sudah ada itu berkembang atau tertahan, tetapi tidak mematikan.
*      Persuasif
     Persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Pada umumnya sikap-sikap individu/ kelompok yang hendak dipengaruhi ini terdiri dari tiga komponen:
  1. Kognitif ,  perilaku dimana individu mencapai tingkat "tahu" pada objek yang diperkenalkan.
  2. Afektif ,  perilaku dimana individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak suka pada objek.
  3. Konatif , perilaku yang sudah sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu (perbuatan) terhadap objek.
Contoh:
"Budi tahu/ percaya (kognitif) bahwa mobil Mercedes-Benz itu mobil yang bagus. Budi juga senang (afektif) melihat bentuk mobil tersebut saat melenggang di jalan. Tetapi Budi tidak akan membeli mobil Mercedes-Benz (konatif), karena ia tidak punya uang."

     Kemudian banyak faktor menentukan keberhasilan/ ketidak berhasilan suatu pesan yang bertujuan persuasif. Empat faktor utama adalah:
  1. Sumber pesan/ komunikator yang mempunyai kredibilitas yang tinggi; contohnya seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang apa yang disampaikannya.
  2. Pesan itu sendiri (apakah masuk akal/ tidak)
  3. Pengaruh lingkungan
  4. Pengertian dan kesinambungan suatu pesan (apakah pesan tersebut diulang-ulang)
Namun faktor-faktor ini tidak berjalan secara bertahap, pada banyak kasus faktor-faktor ini saling tumpang tindih.[3]
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi kita menjadi persuasif atau bisa mempengaruhi orang lain.
1)   Komunikator.
Komunikator atau sumber adalah orang-orang yang akan mengkomunikasikan suatu pesan kepada orang lain. Agar komunikasi yang dilakukan oleh komunikator menjadi persuasif, maka komunikator harus mempunyai kredibilitas yang tinggi. Yang dimaksud dengan kredibel disini adalah komunikator yang mempunyai pengetahuan, terutama tentang apa yang disampaikannya. Misalnya, ketika seorang komunikator menjelaskan kepada komunikannya, dia harus menguasai apa yang akan disampaikannya. Apalagi pada saat audience atau komunikan adalah masyarakat yang memiliki pendidikan yang tinggi.Komunikasi persuasif dikatakan gagal, ketika mengikuti sosialisasi pada seminar di suatu perguruan tinggi yang dimana audiensnya adalah mahasiswa dan masyarakat umum yang mempunyai pendidikan dan pengalaman yang jauh lebih tinggi dari komunikator. Seandainya pada saat itu para komunikator yang hadir kurang menguasai program yang dibawa, tentunya masyarakat tidak akan puas, bahkan mungkin tidak akan berpengaruh pada perubahan sikap yang diharapkan. Ketidak-kredibelan komunikator juga sering disampaikan oleh masyarakat sendiri, dengan cara membandingkan antara fasilitator yang satu dengan fasilitator lainnya. Kemudian trustworthiness (dapat dipercaya) juga sangat penting bagi komunikator supaya komunikasi yang dilakukannya menjadi persuasif. Ketika seorang komunikator yang sudah tidak dipercaya oleh komunikan, apapun yang disampaikannya tidak akan didengar oleh komunikannya.
2)   Pesan.
Pesan adalah hal-hal yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima, yang bertujuan agar komunikan melakukan hal-hal yang disampaikan dalam pesan tersebut. Sama halnya dengan sumber atau komunikator, pesan juga sangat berpengaruh terhadap persuasif tidaknya komunikasi yang kita lakukan. Dalam mengembangkan pesan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Di antaranya, lugas. Artinya, pesan tidak bertele-tele dan dilakukan pengulangan kata-kata tertentu yang dianggap perlu. Konsisten, artinya semua pesan harus terkait dengan tema yang akan disampaikan dan saling mendukung antara satu pesan dengan pesan lainnya. Nada dan daya tarik, ini berkaitan dengan style komunikator tadi. Ketika komunikator menyampaikan pesan sedih, tentu disesuaikan dengan nada suaranya dan lain sebagainya. Bertanggungjawab, dalam hal ini sumber pesan yang dapat dipercaya akan berpengaruh pada diterima atau tidaknya pesan yang disampaikan.
3)   Saluran.
 Saluran adalah media atau sarana yang digunakan supaya pesan dapat disampaikan oleh sumber kepada si penerima. Supaya komunikasi bisa persuasif, maka media atau saluran yang digunakan harus tepat. Saluran atau media harus mempertimbangkan karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, maupun tingkat pendidikan, dan lain-lain. Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan yang sesuai. Kalau dihubungkan dengan social mapping, maka pemetaan budaya sangat berarti disini.
4)   Penerima.
Penerima adalah orang-orang yang menerima pesan dari komunikator, yang biasa disebut dengan komunikan. Dalam berkomunikasi, khalayak sasaran/komunikan juga perlu menjadi perhatian. Bagaimana karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, maupun tingkat pendidikan, dan lain-lain, sangat dibutuhkan dalam memformulasikan pesan yang akan disampaikan. Ketika kita berkomunikasi dengan masyarakat kelas bawah, maka bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, jangan sampai kita menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh masyarakat, seperti transparansi, akuntabilitas, fleksibel, dan sebagainya.[4]
Adapun tujuan komunikasi persuasif secara bertingkat ada dua yaitu:
1)   Mengubah atau menguatkan keyakinan (believe) dan sikap (attitude) audiens, dan
2)    Mendorong audiens melakukan sesuatu/ memiliki tingkah-laku (behaviour) tertentu yang diharapkan.
2.    Prinsip-Prinsip Human Relations dan Persuasif
*      Prinsip-Prinsip Human Relations[5]
Ø  Prinsip-Prinsip Membina Hubungan Yang Baik Dengan Orang Lain
1) Hindari kebiasaan SOK ( Salahkan, Omeli, Kritik)
2) Berikan Apresiasi yang tulus
3) Bangkitkan rasa ingin berhasil dalam diri orang lain
4) Berikan perhatian yang sungguh-sungguh
5) Senyum
6) Nama adalah bunyi terpenting dan termerdu bagi pemiliknya
7) Jadilah pendengar yang aktif
8) Bicarakan hal-hal yang diminati
9) Buat orang lain merasa dirinya penting (VIP) dan lakukan dengan tulus.
Ø  Prinsip-Prinsip Mendapatkan Kerjasama Antusias dari Orang Lain
10) Hindari debat kusir
          11) Hormati pendapat orang lain, hindari mengatakan “kamu salah”
12) Bila anda salah, segera akui secara simpatik
13) Mulai dengan cara ramah-tamah
14) Dapatkan responsi “ya”
15) Ajak orang lain berbicara banyak
16) Buat agar usul dan pendapat datang dari dia
17) Cobalah melihat persoalan dari kacamata orang lain
18) Bersimpatilah dengan keinginan orang lain
19) Himbau dengan motif yang agung dan mulia
20) Dramatisir ide anda
21) Beri tantangan untuk maju
Ø  Prinsip-Prinsip Mengubah Sikap Orang Lain
22) Mulai dengan apresiasi dan pujian yang tulus
23) Tunjukkan kesalahan secara tidak langsung
24) Akui kesalahan sendiri sebelum mengkritik orang lain
25) Ajukan pertanyaan sebagai ganti perintah langsung
26) Selamatkan muka orang lain
27) Beri pujian atas setiap kemajuan betapapun kecilnya
28) Beri reputasi tinggi untuk dicapai
29) Beri dorongan dan buat kesalahan mudah diperbaiki
30) Buat orang lain senang melakukan usul anda.
Adapun prinsip-prinsip Human Relations dalam suatu organisasi yaitu[6]:
          (1) Sinkronisasi tujuan individu dan organisasi,
          (2)Suasana kerja menyenangkan, ada hubungan kerja yang intim,
          (3) Pekerjaan menarik dan menantang, tidak bersifat rutinitas,
          (4) Peralatan cukup sehingga tidak terjadi kelambatan,
          (5) Hubungan kerja informal wajar, tidak terlalu formal/informal,
          (6) Manusia bukan mesin, perlu pengakuan dan penghargaan,
          (7) Pengakuan dan penghargaan terhadap pelaksanaan tugas,
          (8) Mengembangkan kemampuan secara maksimal,
          (9) Balasan sesuai jasa yang diberikan,
          (10) The right man in the right place

*   Prinsip-Prinsip Persuasif
Ada empat prinsip dasar dalam komunikasi persuasif yang dapat menentukan  efektivitas dan keberhasilan komunikasinya, yakni sebagai berikut.
1. Prinsip Pemaparan yang Selektif ( The Selective Exposure Principle )
Prinsip ini menyatakan bahwa pada dasarnya audiens akan mengikuti hukum pemaparan selektif ( the law of selective exposure ), yang menegaskan bahwa audiens (pendengar) akan secara aktif mencari informasi yang sesuai dan mendukung opini, keyakinan, nilai, keputusan dan perilaku mereka, dan sebaliknya audiens akan menolak atau menghindari informasi-informasi yang berlawanan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai, dan perilaku mereka.

2. Prinsip Partisipasi Audiens ( The Audience Participation Principle )
Prinsip ini menyatakan bahwa daya persuasif suatu komunikasi akan semakin besar manakala audiens berpartisipasi secara aktif dalam proses komunikasi tersebut. Bentuk partisipasi bisa dalam berbagai bentuk dan aktivitas, seperti dalam menentukan tema, dalam presentasi, membuat slogan, dan lain-lain.
3. Prinsip Suntikan ( The Inoculation Principle )
Audiens telah memiliki pendapat dan keyakinan tertentu, maka pembicaraan komunikasi persuasif biasanya dimulai dengan memberi pembenaran dan dukungan atas keyakinan dan pengetahuan yang dimiliki audiens.
4. Prinsip Perubahan yang Besar ( The Magnitude of Change Principle)
Prinsip ini menyatakan bahwa semakin besar, semakin cepat dan semakin penting perubahan yang ingin dicapai, maka seorang da’i mempunyai tugas dan kerja yang lebih besar, serta komunikasi yang dilakukan membutuhkan perjuangan yang lebih besar. [7]

3.      Teknik-Teknik Human Relations dan Persuasif
*   Teknik Human Relations
Dalam derajat intensitas yang tinggi, hubungan manusiawi dilakukan untuk menyembuhkan orang yang menderita frustasi. Frustasi timbul pada diri seseorang akibat suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan olehnya. Dalam kehidupan sehari-hari siapa pun akan menjumpai masalah: ada yang mudah dipecahkan, ada yang sukar. Akan tetapi masalah yang bagaimanapun akan diusahakan supaya hilang. Orang tidak akan membiarkan dirinya digumuli masalah. Dan masalah orang yang satu tidak sama dengan masalah orang lain. Sakit, tidak lulus ujian, lamaran pekerjaan tidak diterima, mobil rusak, istri menyeleweng, anak morfinis, tidak mampu menyelesaikan tugas, permohonan tidak diterima, dan lain-lain itu semua bisa menyebabkan seseorang frustasi.Orang yang menderita frustasi dapat dilihat dari tingkah lakunya: ada yang merenung murung, lunglai tak berdaya, putus asa, mengasingkan diri, mencari dalih untuk menutupi kemampuannya, mencari kompensasi, berfantasi, atau bertingkah laku kekanak-kanakan. Yang lebih parah bagi seseorang ialah apabila frustasinya disertai agresi sehingga tingkah lakunya menjadi agresif. Ia mengambinghitamkan orang lain, menyebarkan fitnah, merusak benda, bahkan menyerang orang, baik dengan kata-kata yang menyakitkan maupun dengan tinju.Apabila frustasi itu diderita oleh karyawan, apalagi jika jumlahnya banyak ini akan mengganggu jalannya organisasi akan menjadi rintangan bagi tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi. Tidaklah bijaksana jika seorang pemimpin menangani pegawai yang frustasi dengan tindakan kekerasan. Di sinilah pentingnya peranan hubungan manusiawi. Dia harus membawa penderita dari problem situation kepada problem solving behaviour.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi ada cara untuk teknik yang bis adigunakan untuk membantu mereka yang menderita frustasi yakni apa yang disebut counseling (karena tidak ada perkataan bahasa Indonesia yang tepat, dapat di-Indonesia-kan menjadi konseling). Yang bertindak sebagai konselor (counselor) bisa pemimpin organisasi, kepala humas, atau kepala-kepala lainnya (kepala bagian, seksi, dan lain-lain).Tujuan konseling ialah membantu konseli (counselee), yakni karyawan yang menghadapi masalah atau yang menderita frustasi, untuk memecahkan masalahnya sendiri atau mengusahakan terciptanya suasana yang menimbulkan keberanian untuk memecahkan masalahnya. Ini tidak berarti bahwa konselor memberikan arah yang khusus untuk dituruti oleh konseli. Konselor hanya memberikan nasihat. Konseli sendiri yang harus mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan jalan yang dipilihnya sendiri. Jadi konselor membantu konseli memperoleh pengertian tentang masalahnya. Selama masalahnya belum dimengerti dengan jelas untuk dihadapinya dengan jujur, tidak akan dapat diambil langkah-langkah pemecahannya. Aspek ini menyangkut perasaan. Konselor akan berhasil apabila ia memahami benar-benar frame of reference konseli: pengalamannya, taraf pengetahuannya, agamanya, pandangan hidupnya, dan sebagainya.[8]
*   Teknik Persuasif
1.    Cognitif Dissonance (bertentangan)
Teori ini melihat gejala-gejala hidup manusia. Sering manusia melakukan sesuatu brtentangan dengan keyakinan  atau hati nuraninya sendiri. Komunikan yang seperti itu akan lebih cepat menerima komunikasi persuasif  yang seolah-olah membenarkan perilakunya meskipun hati nuraninya sendiri tetap tidak dapat membenarkan.
2.    Pay of Idea and Fear Arousing
     Pay of Idea yaitu usaha persuasif terhadap seseorang atau orang banyak dengan memberi hadiah atau reward atau harapan lebih banyak. Adapun Fear Arousing yaitu penyampaian peran dengan menimbulkan rasa kepada khalayak.
3.    Empathy
     Pembentukan pribadi khalayak, suatu sikap memproyeksikan diri pada orang lain. Proses empatinya bertahap yaitu:
v   Membayangkan diri dalam kedudukan komunikan
v   Membandingkan sikap komunikator dengan sikap komunikan seandainya ada dalam hal yang tadi.
v   Mengambil kesimpulan dari sikap komunikan dan membandingkan dengan reaksi khalayak yang dibayangkan oleh komunikator seandainya dia didalam keadaan komunikan.
4.    Packing/ Icing Technique
     Dalam komunikasi persuasif yang berarti suatu komunikasi yang dalam penyajiannya dibuat sedemikian rupa sehingga sangat menarik. Packing (membungkus) berarti dalam komunikasi persuasif juga didalam teknik membungkus pesan sedemikian rupa sehingga komunikan akan lebih tertarik.
5.    Red Herring
    Nama ini diambil dari sejenis ikan yang mempunyai gerakan tipuan pada waktu berenang. Dalam komunikasi persuasif, red herring dipakai sebagai teknik mengelakkan argumentasi dari bagian-bagian yang lemah di alihkan pada bagian-bagian yang dikuasai oleh komunikator, dapat pula sebagai upaya untuk mengalihkan pesan komunikasi kepada suatu topik yang dikehendaki oleh komunikator.
6.    Teknik asosiasi
    Komunikasi persuasif yang menggunakan teknik ini menyampaikan suatu gagasan dan jalan menempelkan atau menggabungkan dengan obyek yang sedang aktual dan menarik.












BAB III
PENUTUP
*      Kesimpulan
1.      Human relations adalah masalah rohaniah, yaitu proses rohaniah yang menyangkut watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap dan tingkah laku menuju suatu kebahagiaan atau kepuasan hati. Sedangkan Persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.
2.      Prinsip-prinsip Human Relations:1) Hindari kebiasaan SOK ( Salahkan, Omeli, Kritik),2) Berikan Apresiasi yang tulus, 3) Bangkitkan rasa ingin berhasil dalam diri orang lain, 4) Berikan perhatian yang sungguh-sungguh, 5) Senyum, 6) Nama adalah bunyi terpenting dan termerdu bagi pemiliknya, 7) Jadilah pendengar yang aktif, 8) Bicarakan hal-hal yang diminati, 9) Buat orang lain merasa dirinya penting (VIP) dan lakukan dengan tulus, 10) Hindari debat kusir, 11) Hormati pendapat orang lain, hindari mengatakan “kamu salah”, 12) Bila anda salah, segera akui secara simpatik, 13) Mulai dengan cara ramah-tamah, 14) Dapatkan responsi “ya”, 15) Ajak orang lain berbicara banyak, 16) Buat agar usul dan pendapat datang dari dia, 17) Cobalah melihat persoalan dari kacamata orang lain, 18) Bersimpatilah dengan keinginan orang lain, 19) Himbau dengan motif yang agung dan mulia, 20) Dramatisir ide anda, 21) Beri tantangan untuk maju, 22) Mulai dengan apresiasi dan pujian yang tulus, 23) Tunjukkan kesalahan secara tidak langsung, 24) Akui kesalahan sendiri sebelum mengkritik orang lain, 25) Ajukan pertanyaan sebagai ganti perintah langsung, 26) Selamatkan muka orang lain, 27) Beri pujian atas setiap kemajuan betapapun kecilnya, 28) Beri reputasi tinggi untuk dicapai, 29) Beri dorongan dan buat kesalahan mudah diperbaiki, 30) Buat orang lain senang melakukan usul anda. Sedangkan prinsip-prinsip persuasif yaitu Prinsip Pemaparan yang Selektif ( The Selective Exposure Principle ), Prinsip Partisipasi Audiens ( The Audience Participation Principle ), Prinsip Suntikan ( The Inoculation Principle ), dan Prinsip Perubahan yang Besar ( The Magnitude of Change Principle).
3.        Teknik Human relations yaitu dengan konseling apabila ada beberapa orang yang mengalami frustasi sedangkan teknik persuasif yaitu  Cognitif Dissonance ( bertentangan), Pay Of Idea and Fear Arousing, Empathy, Packing/Icing Technique, Red Herring, dan Teknik Asosiasi.
DAFTAR PUSTAKA




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar